Minggu, 04 November 2007

Hentikan Ospek Penuh Kekerasan...!

Hentikan Ospek Penuh Kekerasan...!

APAKAH kegiatan ospek (orientasi studi dan pengenalan kampus) itu bermanfaat bagi mahasiswa? Jika pertanyaan ini diajukan kepada para mahasiswa di Indonesia, umumnya mereka akan menjawab ospek tidak berguna. Pasalnya, ospek di sejumlah kampus di Indonesia sarat dengan kekerasan. Setidaknya, kutipan judul di atas pun menunjukkan bahwa mahasiswa membenci kegiatan ospek. Ospek yang seharusnya bisa berfaedah justru menjadi bencana bagi para mahasiswa. Selama ini, kegiatan tersebut merugikan mahasiswa dari segi finansial, waktu, kesehatan, dan psikologis.

RATUSAN mahasiswa baru berbaris sambil menutup telinga dan menundukkan kepala, saat mengikuti kegiatan pembukaan orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek) di sebuah perguruan tinggi di Bandung, dua tahun lalu.*ANDRI GURNITA/"PR"

Sebagai contoh, pada ospek ITB 1992, Zaki Tiffany Lazuardian, mahasiswa Jurusan Fisika ITB, meninggal dunia akibat kekerasan yang dilakukan para seniornya selama ospek berlangsung. Sebagaimana dikutip dari salah satu milis (mailing list) pada www.mail-archive.com/itb, pada kasus Zaki, kegiatan ospek yang harus dilakukan mahasiswa baru, di antaranya mahasiswa harus mengikuti long march lima hari dan berendam di dalam air setinggi pinggang.

Dalam kasus tersebut, ITB memang secara tegas memecat sejumlah mahasiswa yang jadi panitia dalam kegiatan tersebut. Namun, kejadian serupa terulang pada ospek tahun-tahun berikutnya. Hingga akhirnya, tahun 1996, ITB menetapkan kegiatan ospek dengan kekerasan dilarang di kampus tersebut. Karena korban ospek bukan hanya dari ITB tetapi juga di kampus-kampus lainnya, Depdiknas pun turun tangan dengan mengeluarkan peraturan yang melarang kegiatan perpeloncoan, sebagaimana tercantum dalam keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DepartemenPendidikan dan Kebudayaan No. 1539/D/I/1999. Keputusan tersebut menjelaskan bahwa program pengenalan kampus tetap dapat dilakukan, tetapi tidak boleh ada kekerasan sama sekali.

Pada kenyataannya, instruksi ini belum diimplementasikan sepenuhnya. Pasalnya, kegiatan ospek dengan kekerasan masih dilakukan. Untuk tingkat universitas dan fakultas, kegiatan ospek dengan kekerasan dapat dicegah. Akan tetapi, di tingkat jurusan, kegiatan tersebut masih marak dilakukan. Akibatnya, masih ada korban yang berjatuhan.

Setidaknya, pada tahun 2000-an pun masih ditemukan sejumlah korban yang meninggal akibat ospek. Dua mahasiswa ITB prodi Geologi, masing-masing angkatan 1999 dan 2000, pun menjadi salah satu korbannya. Pelaksanaan kegiatan ospek di tingkat jurusan memang sulit dimonitor pihak rektorat. Karena, selain lokasinya di luar jangkauan kampus, kegiatan tersebut pun diadakan secara diam-diam.

Ita, mahasiswa ITB angkatan 2005, mengakui jika kegiatan ospek masih dilakukan di tingkat jurusan. Bahkan, dia mengikutinya pada Juni lalu. Menurut Ita, tingkat kekerasan pada kegiatan ospek jurusan yang diikutinya tidak terlalu kentara. Akan tetapi, tingkat kekerasan itu masih ada. Setidaknya, kegiatan eksploitasi fisik, seperti push up, lari mengelilingi suatu lokasi, dijemur di bawah terik matahari masih kerap dilakukan. Tambahan pula, teriakan-teriakan kasar para senior cukup mengganggu perasaan para mahasiswa baru.

Sebenarnya ITB sebagaimana disebutkan pada awal tulisan sudah melarang ospek dengan kekerasan sejak 1996. Tahun 2006 ini pun, pihak rektorat melalui Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr. Ir. Widyo Nugroho kembali menegaskan tidak ada ospek dalam proses penerimaan 2.700 mahasiswa baru tahun 2006 di ITB.

Dalam hal ini, untuk menyambut mahasiswa baru, 16-19 Agustus 2006 ITB menyiapkan serangkaian acara yang terdiri dari kuliah umum, pengenalan organisasi kemahasiswaan, dan open house unit kegiatan kemahasiswaan. (Icha/"PR")***


dikutip dari http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/082006/19/0701.htm

Tidak ada komentar: